Friday, October 14, 2016

Jadi Ini Ujungnya?

Jadi ini ujungnya?
Tak ada yang mengangguk, tak ada yang membantah.

Jadi ini ujungnya?
Tak tau siapa yang berhenti, tak tau siapa yang terlepas.

Di luar kita bugar, tapi renta di dalam.
Tak ada lagi tenaga untuk lari bersama.
Genggamanmu semakin angkuh, tak lagi tenang mendampingi.
Sinarmu semakin menyengat, tak lagi bersahabat.
Tuturmu semakin menghantam tajam, tak lagi sanggup kulawan.
Aku semakin jatuh, tak lagi mampu menandingi.

Coba percaya,
tak ada yang sia-sia.
Jalan yang dibangun, tetap akan berguna.
Toh, orang yang membangun rumah, belum tentu merasakan tinggal di dalamnya.

Jadi ini ujungnya?
Mungkin bukan.
Katanya, langit tak berujung.
Mungkin kita hanya sedang mengapung.

Jadi ini ujungnya?

...


---
@agesarah
14/10/2016 11:18 pm

Thursday, December 31, 2015

Terima Kasih, Alam Semesta

Akhir tahun lalu, 30 Desember 2014.
Ada tiga kemungkinan di hadapan gw.
Kemungkinan ketinggalan pesawat,
kemungkinan nambah liburan (untuk pertama kalinya) di Bali,
dan kemungkinan pesawatnya delay, jadi bisa pulang malam itu juga.

Kemungkinan yang tadinya pasti mustahil, malah dikasih ke gw sama alam semesta.
Gw, yang udah terlambat 15 menit dari waktu keberangkatan, ditambah panik dan ngos-ngosan, masih bisa check-in karena pesawat delay 30 menit. 

Di pesawat, perasaan gw campur aduk. 
Rasa masih mau liburan malam itu, BESAR banget. Apalagi itu pertama kalinya gw ada di Pulau Bali. Masa cuma numpang lewat dan cuma ngerasain bandaranya doang.

Tapi di sela kecil hati gw ada keyakinan, kalau tindakan alam semesta yang terkesan maksa supaya gw bisa pulang malam itu pasti ada alesannya.

Jadi, pulanglah gw malam itu dengan pikiran, "Yaudahlah Ge, tahun baruan aja di rumah. Kaya tahun-tahun sebelumnya."

Sampai akhirnya memori itu berdiri tegap di depan gw sekarang.
Dan lewat memori itu, gw nitip salam buat ngucapin terima kasih.
Terima kasih sama alam semesta.
Terima kasih sama teman-teman trip Kawah Ijen gw tahun lalu.
Dan terima kasih buat teman-teman yang ada di foto ini:


Ya, ini memori malam tahun baru terakhir bareng Pak Elfin.
Malam itu, lebih rame dari malam tahun baru biasanya. Semua senang.
Dan, keluarga Elfin Bachtiar semua ikutan foto, termasuk Pak Elfin sendiri. :)

Terima kasih untuk kesempatan tak tergantikan ini, alam semesta.
Selamat tahun baru 2016.



Sunday, May 31, 2015

I See..

Banyak orang lebih semangat datang ke acara pernikahan daripada pemakaman.

Lebih semangat mempersiapkan pernikahan daripada kematian.

Lebih semangat bertanya kapan nikah daripada kapan mati.

Banyak orang lain iri terhadap kesenangan orang lain. Jarang yang iri sama kesedihannya.

Why?
Because happiness is easier to share than sadness.

Then, I said to my own thoughts:
Stop being miserable for others. Because our live is our own bussiness.

Di luar sana, kebanyakan manusia cuma punya teori, bukan benar-benar peduli.
Teori didukung teknologi, yang hanya menambah manusia jauh dari makna peduli sesungguhnya.



---
@agesarah

Tuesday, March 10, 2015

Telah Meninggal Dunia, Papa Age, Elfin Bachtiar

Sudah 3 hari. Papa, meninggal.
Gak ada papa di rumah, di kantor, atau di rumah sakit.
Papa udah gak ada.
Papa meninggal.

Rasanya... aneh.
Sosok Papa terlalu kuat untuk Sarah anggap sudah gak ada.

Papa adalah seorang ayah yang pas buat Sarah.
Gak kurang, gak juga berlebihan.

Papa membentuk Sarah menjadi pribadi yang santai, mudah bergaul, menghargai agama lain, tidak kolot, jujur, dan percaya diri.

Ketika dulu banyak orang bilang Sarah jelek, monyong, item, dan becandaan lainnya, cuma papa yang bisa mengembalikan kepercayaan diri Sarah. Papa yang membuat Sarah yakin, Sarah bisa punya banyak teman tanpa perlu mengkhawatirkan kondisi fisik.

Papa selalu menjadi contoh buat Sarah untuk jadi orang jujur. Karena kita sudah merasakan, biar hidup pas-pasan karena kejujuran, tapi somehow semuanya terasa lebih membahagiakan.

Saat sudah terbaring gak berdaya, papa juga masih memberi teladan. Papa menunjukkan rasa bertanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah.

Maafin Sarah.
Sebelum papa dirawat, Sarah udah sedikit punya waktu buat papa.
Dan saat merawat Papa, Sarah juga masih banyak melakukan kesalahan.

Maafin Sarah.
Cuma sekedar mijitin aja masih suka banyak alasan gak maunya. Padahal Papa gak pernah minta apa-apa dari Sarah, selain minta pijit sampai ketiduran.

Maafin Sarah.
Sebagai anak Sarah belum bisa bikin Papa istirahat aja di rumah. Papa masih harus kerja keras cari uang untuk mama dan Finta, karena Sarah belum bisa ngasih apa-apa ke keluarga.

Maafin Sarah.
Sarah tau keinginan terakhir Papa buat Sarah, tapi Sarah belum bisa mewujudkannya.
Sarah akan selalu ngaji buat Papa, supaya Papa tenang di sana.

Semua orang yang datang melayat atau yang mengirim ucapan belasungkawa bilang, Papa itu orang baik. Apa yang sering kita bahas terbukti. Amal orang baik keliatan dari yang melayat.

Selama ini kalau ada apa-apa, Sarah selalu minta papa doain.
Tapi sekarang, Sarah yang akan selalu mendoakan papa.




Ini terlalu cepat.
Tapi terasa seperti sudah dipersiapkan.

Kalau ada apa-apa panggil Sarah, Pa.



My favorite picture of Papa





Sunday, November 23, 2014

Cuma Cibodas, tapi Ga Cuma-cuma

Sampai hari ini, gw dan teman-teman kantor masih belum puas "pamer" kebahagiaan outing tanggal 20-21 November kemarin. Mungkin yang ga sekantor sama gw mikir dan bisa jadi nyinyir, "Palingan anak-anak Think.Web gembor-gembor tentang outing buat nutupin rasa kecewa dan betenya." Kenapa kecewa dan bete? Karena outing-nya ke Cibodas. Kemping 2 hari 1 malam.

Ini jawaban gw sejujur-jujurnya: Gw sih seneng beneran. Sangat berkesan. Ga tau sih yang lain.

Well memang, outing dari kantor itu biasanya berisi rangkaian aktivitas yang "manjain" karyawannya. Ke luar negeri, nginep di hotel, ke museum, bangunan bersejarah, snorkling, mantai, karaokean, makan di restoran, dan seterusnya. Kalopun di dalam negeri, tempatnya pasti yang oke punya. Tujuan wisata yang bule juga banyak dateng ke situ.

Ini Think.Web, cuma ke Cibodas. Naik bus. Udah kaya study tour SMA.

Jangan kira gw dan teman-teman yang lain langsung happy sorak sorai pas denger Cibodas. "Maaaan... like seriously?? Cibodas, that Cibodas? Puncak sanaan dikit? Oh God."
Ya, I was also being grumpy.

Trus kenapa outing yang cuma ke Cibodas dibilang ga cuma-cuma?

Sunday, July 6, 2014

So, ini suara gw..

Oke. Dari awal gw sudah punya pilihan dan sampai malam ini sebelum masa tenang, pilihan gw belum berubah. Ada rasa kecewa dan sedikit krisis kepercayaan sama pilihan gw, tapi insya Allah he's the best from the worsts (mba Tere Suganda's quotes).

Gw yakin, banyak "gw" lain di luar sana, yang sebenernya udah menjatuhkan pilihan tapi males bilang ke public, karena ga mau terlibat dalam atribut kampanye yg lost control. Apalagi minggu-minggu menjelang masa tenang kemarin ini. Dalihnya ajak diskusi, bebas berpendapat, tapi ujung-ujungnya jadi memojokkan seakan-akan pilihan kita salah karena banyak salahnya. Seharusnya kan membuka mata, tapi yang kaya gitu malah bikin gw pengen tutup mata bahkan tutup kuping. Jadilah gw seakan apatis.

Jangankan presiden, agama pun kalau dibanding-bandingkan pasti ada aja ketidakcocokan satu sama lain. Tapi selama ini kita ga segitunya juga bela agama kan? Sampai harus posting hal-hal jelek dari agama lain supaya orang-orang memilih agama kita? Agak ekstrim contohnya agama, maaf, tapi ya menurut gw para simpatisan membela pilihannya udah kaya bela agamanya sendiri. 

Okelah itu (semoga) udah lewat. Sekarang semua sudah punya pilihan. Yasudah, simpan dalam hati baik-baik sampai tanggal 9 Juli nanti. Yakin dan berharap, semoga yang dipilih bisa memimpin Indonesia jadi jauh lebih baik.

Terus, jadi siapa pilihan gw?

Thursday, February 13, 2014

Berjalan Jangan Berlari

heran..
perasaan yang dahulu menggunung bisa melebur tidak tersisa.

bukan heran. tapi tersadar.
ternyata, perasaan yang dahulu menggunung bisa melebur tidak tersisa.